Label

Kamis, 22 Maret 2012

Seranagan misionaris adalah serangan pembuka bagi imperialisme Eropa.

Assalamu alaikum,,,

Pengaruh Serangan Misionaris Serangan misionaris adalah serangan pembuka yang
meratakan jalan bagi imperialisme Eropa. Tujuannya
untuk menaklukkan Dunia Islam melalui penjajahan
politik setelah penjajahan pemikiran. Setelah kaum
Muslim mengemban ideologi Islam dan berhasil
menguasai Barat, dengan keberhasilan-nya membebaskan Istanbul dan negara-negara Balkan,
hingga mengantarkan Islam ke daratan Eropa, maka
Daulah Islam berbalik menjadi sasaran serangan
Barat. Barat mulai mengemban ideologinya ke Daulah
Islam dan menjadikannya panggung kebudayaan.
Mereka menebarkan ideologinya di Dunia Islam dengan berbagai macam sarana mengatasnamakan
ilmu, kemanusiaan, dan misionaris keagamaan. Barat
tidak cukup dengan membawa peradaban dan
pemahaman-pemahamannya, tetapi juga menikam
peradaban dan pemahaman Islam. Serangan Barat ini
membawa pengaruh, bahkan menguasai kelompok intelektual, para politisi, dan masyarakat Islam.
Pengaruh serangan misionaris itu di antaranya: Pertama, Tsaqâfah Barat membentuk kepribadian
umat Islam. Penjajah Barat menciptakan metode-
metode pengajaran dan tsaqâfah berlandaskan
falsafah, peradaban, dan pemahaman Barat. Proses
ini terus berlangsung hingga kepribadian Barat
dijadikan sebagai asas kehidupan Islam. Barat juga menjadikan sejarah, ruh kebangkitan, dan
lingkungannya sebagai sumber pokok nilai-nilai yang
menjejali akal kita. Tidak cukup dengan itu, Barat juga
memasukkan ruh ini ke dalam berbagai metode
secara rinci hingga tidak satu pun tsaqâfah Islam
mampu keluar dari landasan pemikiran umum yang menjadi falfasah dan peradabannya. Proses ini
merata ke seluruh aspek tsaqâfah Islam hingga
merasuk ke dalam pelajaran agama dan sejarah
Islam. Agama Islam dipelajari di sekolah-sekolah
Islam sebatas pada materi spiritual-etika, seperti
Barat memahami agamanya. Kehidupan Rasul diajarkan kepada anak-anak kita yang mata
rantainya terputus dari kenabian dengan risalahnya.
Bahkan sirah Nabi saw. diposisikan seperti
mempelajari kehidupan Napoleon atau Otto von
Bismark. Akibatnya, Islam tidak berpengaruh
terhadap pemikiran dan perasaan umat. Materi-materi ibadah dan akhlak yang sebenarnya
sudah tercakup dalam kurikulum agama diberikan
hanya dari sisi manfaat saja. Dengan demikian,
pengajaran agama Islam berjalan sesuai dengan
pemahaman-pemahaman Barat. Sejarah Islam
diajarkan hanya dengan menonjolkan sisi-sisi aibnya yang sengaja direkayasa. Akibatnya, mayoritas umat
mengingkari tsaqâfah Islam jika bertentangan dengan
tsaqâfah Barat. Mereka menjadi sekelompok orang
yang ber-tsaqâfah Barat dan menerapkan segala
kebijaksanaan searah dengan pandangan Barat.
Mereka menerima tsaqâfah Barat dengan ikhlas dan mengemban peradabannya. Sebaliknya, mereka
menjadi orang yang membenci Islam dan tsaqâfah
Islam sebagaimana kebencian Barat. Mereka
mengusung permusuhan keji terhadap Islam dan
tsaqâfahnya, sebagaimana yang dibawa Barat. Kedua, pembelaan Islam yang keliru. Penjajah Barat
yang menyerang Islam telah menggentarkan
sebagian kalangan intelektual Muslim. Mereka
mencoba menangkis tikaman ini dengan membela
diri; tanpa memperhatikan lagi apakah pembelaannya
benar ataukah salah, baik yang ditikam oleh pihak asing itu adalah Islam—yang dibanggakan—atau
yang didusta-kan. Mereka turut andil menafsirkan
Islam dalam keadaan yang membingungkan, atau
menakwil-kan nash-nashnya sesuai dengan
pemahaman-pemahaman Barat. Demikianlah
penolakan intelektual Muslim. Mereka menolak serangan-serangan Barat, yang justru lebih banyak
membantu serangan misionaris daripada
menolaknya. Bahkan mereka mengadopsi peradaban
Barat yang jelas-jelas bertentangan dengan
peradaban Islam dan menjadikannya sebagai bagian
dari pemahaman-pemahaman mereka. Ketiga, kehidupan umat Islam yang liberal. Adanya
para intelektual yang ber-tsaqâfah asing dan
buruknya pemahaman mereka terhadap tsaqâfah
Islam menyebabkan munculnya pemahaman-
pemahaman Barat tentang kehidupan dalam diri
kaum Muslim. Hal ini tampak dalam kehidupan mereka berupa praktik-praktik peradaban Barat yang
materialistik. Akibatnya, kehidupan masyarakat
tunduk pada peradaban dan pemahaman Barat. Semua itu disebabkan oleh peradaban Barat yang
dibangun di atas dasar pemisahan agama dari negara
(sekularisme). Kaum Muslim merasa sudah
melaksanakan kewajiban-kewajiban agama dengan
meyakini Allah dan menjaga shalat semata-mata.
Pada saat yang sama, pengaturan urusan dunia disuaikan dengan pandangan dan keinginan mereka
semata. Keempat, mencetak politisi oportunis. Serangan Barat
telah menjadikan para politisi Muslim senantiasa
meminta bantuan kafir penjajah. Pemikiran mereka
diracuni dengan ide-ide politik dan filsafat yang dapat
merusak pandangan mereka tentang kehidupan dan
jihad. Hal ini mampu merusak iklim Islam dan mengacaukan pemikiran-pemikiran yang gejalanya
merata dalam berbagai aspek kehidupan. Jihad yang merupakan ruh politik luar negeri Daulah
Islam diganti dengan perundingan. Kafir penjajah
dijadikan kiblat pandangan mereka dan tempat
meminta bantuan. Mereka pasrah dan menyerah
kepada kafir penjajah tanpa menyadari bahwa setiap
permintaan bantuan kepadanya ada dosa besar dan sama saja dengan bunuh diri. Para politisi menjadikan pusat perhatiannya pada
kemaslahatan individu semata. Kemaslahatan umat
sendiri terabaikan. Mereka kehilangan pusat
perhatian yang alami, yaitu mabda’ (ideologi)
mereka yang islami. Meski mereka telah berjuang ikhlas dan mencurahkan
segenap kemampuannya namun keberhasilan seperti
jauh panggan dari api. Semua gerakan politik menjadi
gerakan yang mandul. Kesadaran umat pun berubah
ke arah gerakan sporadis. Gerakannya tidak
beraturan, lama kelamaan padam, putus asa, dan akhirnya menyerah. Fakta ini muncul bersamaan di Negara Islam dengan
tumbuhnya gerakan-gerakan yang
mengatasnamakan kebangsaan, sosialisme,
nasionalisme, marxisme, spiritualisme, akhlak,
pendidikan, dan nasihat. Gerakan-gerakan ini
berkembang kacau dan menjadi problem baru dalam masyarakat, yang bertumpuk dengan problem-
problem lain. Hasilnya adalah kegagalan dan
kebingungan yang berputar-putar di seputar gerakan,
karena aktivitasnya berjalan sesuai dengan
peradaban Barat dan terpengaruh oleh serangan
misionaris. Lebih dari itu, gerakan semacam ini akan membendung gelora perasaan umat yang menyala-
nyala dan menyalurkannya dalam sesuatu aktivitas
yang tidak bermanfaat dan tidak mendatangkan
kebaikan, di samping akan lebih mengokohkan
kedudukan penjajah. [Gus Uwik]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar