Label

Sabtu, 24 Maret 2012

Yang tersisah dari Karbala.

Assalamu alaikum,,,

Yang Tersisa Dari Karbala Ada cerita menarik dari Karbala yang sengaja
dirahasiakan oleh syi'ah, mau tahu? baca
selengkapnya... Ada bagian penting yang sering tertinggal dari
sejarah Imam Husein, dan sejarah karbala.
Nampaknya bagian yang penting ini sangat jarang
sekali dibahas, sehingga pembaca yang ditakdirkan
melewatkan pandangannya pada tulisan kali ini
sangat beruntung, karena menemukan pembahasan yang hampir belum pernah dibahas. Kali ini pembaca akan menikmati uraian tentang
anak-anak Imam Husein. Sebagaimana kita ketahui
bersama, Imam Husein adalah seorang cucu Nabi,
manusia yang dicintai oleh Nabi sebagaimana kita
mencintai cucunya. Bahkan konon seorang kakek
lebih mencintai cucunya dari ayah si cucu yang merupakan anaknya sendiri. Kecintaan nabi kepada
Imam Husein begitu besar,begitu juga kepada
kakaknya yaitu Imam Hasan. Kita sebagai orang
beriman yang mencintai Nabi wajib mencintai mereka
yang dicintai Nabi, termasuk cucundanya yang satu
ini, sebagai bukti kecintaan kita kepada Kakeknya. Namun kecintaan kita kepada sang Kakek haruslah
lebih besar. Waktu kemudian berlalu sehingga Muawiyah Ra
mangkat dan mengangkat Yazid sebagai khalifah.
Imam Husein yang enggan berbaiat kepada Yazid
segera melarikan diri ke mekkah. Sesampai di
mekkah penduduk kota Kufah mengirimkan surat
yang jumlahnya mencapai 12000 pucuk surat, yang isinya meminta sang Imam untuk berangkat ke Kufah,
di mana penduduknya sudah bersiap sedia untuk
membaiat Imam Husein sebagai khalifah. Di antara isi
surat itu adalah memberitahu sang Imam bahwa di
Kufah terdapat 100000 pasukan yang siap berdiri di
belakangnya untuk melawan Bani Umayyah (Lihat kitab Faji'atu Thaff hal 6, karangan Muhammad
Kazhim Al Qazweini) Membaca surat itu, sang Imam
yakin akan kesiapan 100000 penduduk kufah yang
telah siap dengan pedang terhunus untuk melawan
dan "kezhaliman bani Umayah", Imam Husein
akhirnya berangkat menuju kufah bersama keluarganya. Namun kali ini imam tertipu. Sebelum
sampai ke kota Kufah rombongan beliau dicegat oleh
tentara suruhan Ibnu Ziyad yang dipimpin oleh Umar
bin Saad. Ketika rombongan sang Imam dicegat, kita
tidak mendengar 100000 pasukan yang konon siap
membela Imam Husein itu ikut membela dan berperang melawan musuhnya, kita tidak tahu
kemana perginya mereka, begitu juga 12000 orang
yang menuliskan surat ketika sang Imam berada di
mekkah. Jika 100000 orang yang mengaku pembela
Imam itu ikut berada di padang Karbala, pasti "tentara
bani umayah" dapat dengan mudah dikalahkan. Mereka yang memanggil sang Imam begitu saja lari
dari tanggungjawab. Mereka tega membiarkan cucu
sang Nabi terakhir dijadikan bulan-bulanan, mereka
tega darah suci keluarga nabi tumpah akibat larinya
mereka dari tanggungjawab. Di dunia mereka bisa
lari, namun di akhreat kelak tidak. Sang Imam beserta rombongannya dibiarkan begitu saja menjadi korban
pengkhianatan mereka yang mengaku sebagai
pengikut dan pembelanya. Rupanya inilah karakter
mereka yang mengaku-aku dan sok menjadi pembela
ahlulbait sejak zaman para imam. Akhirnya sang Imam pun Syahid menjadi korban
pengkhianatan mereka yang mengaku menjadi
pembelanya. Sang Imam Syahid beserta para
keluarganya, di antaranya adalah : saudara sang
Imam, putra Ali bin Abi Thalib : Abubakar, Umar,
Utsman. Bisa dilihat di kitab Ma'alimul Madrasatain karangan Murtadha Al Askari, jilid 3 hal 127. juga
dalam kitab Al Irsyad karangan Muhammad bin
Nukman Al Mufid hal. 197, I'lamul Wara karangan
Thabrasi hal 112, juga kitab Kasyful Ghummah
karangan Al Arbali jilid 1 hal 440. ini adalah sebagian
referensi saja, yang lainnya sengaja tidak kami sebutkan karena terlalu banyak. Sementara putra
Imam Husein di antaranya : Abubakar bin Husain dan
Umar. Sampai di sini mungkin pembaca belum tersadar akan
sebuah fenomena yang menarik. Kita lihat di sini
Imam Ali dan Imam Husein menamakan anaknya
dengan nama para perampas haknya. Kita ketahui
bahwa syiah meyakini bahwa khilafah bagi Ali telah
ternashkan dari ketentuan Allah dan RasulNya, sedangkan mereka yang tidak mengakui adanya
nash dianggap merasa lebih pandai dari Nabi. Dalam
sejarah diyakini oleh syiah bahwa Abubakar telah
merampas hak yang semestinya menjadi milik Ali. Di
antara bentuk protes Ali adalah khotbah
syaqsyaqiyyah yang tercantum dalam sebuah literatur penting syiah yaitu kitab Nahjul Balaghah.
Namun yang aneh di sini adalah Ali yang memberi
nama anaknya dengan nama si perampas hak yang
sudah tentu bagi syi'ah adalah dibenci Allah. Begitu juga menamai anaknya dengan nama Umar,
sang penakluk yang telah mengubur kerajaan persia
untuk selamanya, dan orang yang konon memukul
bunda Fatimah hingga keguguran. Sering kita dengar
bahwa Umar telah memukul Fatimah, perempuan suci
putri Nabi dan istri Ali hingga janin yang dikandungnya gugur, sungguh nekad orang yang
berani memukul putri Nabi. Namun dalam sejarah
tidak disebutkan pembelaan Ali terhadap istrinya
yang dipukul, malah memberi nama anaknya dengan
nama orang yang memukul putri Nabi yang sekaligus
adalah istrinya. Sementara di sisi lain kita tidak pernah menemukan bahwa Ali memberi nama
anaknya dengan nama ayahnya yang "tercinta" yaitu
Abu Thalib. Begitu juga para imam ahlulbait tidak
pernah tercantum bahwa mereka memberi nama
anak mereka dengan nama Abu Thalib. Apakah para
imam ahlulbait lebih mencintai Abubakar dibanding cinta mereka pada Abu Thalib, kakek mereka sendiri?
Ternyata fakta berbicara demikian. Mengapa tidak
ada seorang imam maksum –terbebas dari kesalahan
dan dosa- yang memberi nama anaknya dengan
nama Abu Thalib? Jika ada yang mengatakan bahwa
para Imam Ahlulbait memberi nama anak mereka dengan nama-nama musuh karena basa basi, apakah
para imam begitu penakut sehingga harus berbasa
basi dalam hal nama anak? Ataukah para imam begitu hina mau dipaksa orang
lain untuk memberi nama anaknya sendiri? Sumber: Hakekat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar