Label

Selasa, 27 Maret 2012

Keristen sejarah kekisruhan terlama di Dunia

Assalamu alaikum,,

Agama kristen memiliki sejarah kekisruhan terlama
didunia, meski diakui bahwa ajarannya bersumber dari
Yesus (Nabi Isa a.s.) tetapi penelusuran sejarah
menunjukkan bahwa peranan Yesus (Nabi Isa a.s.)
dalam ajaran kristen masa kini sudah kehilangan
eksistensinya, karena sebagian besar isi kitab Injil adalah tulisan seorang Yahudi yaitu Raul/Paul yang
belakangan disebut sebagai Paulus. Istilah Kristen sesungguhnya juga bukan berasal dari
nama yang dibawa oleh Nabi Isa a.s. (Yesus) istilah
Kristen muncul dan erat hubungannya dengan
peristiwa penyaliban Yesus (Cross-salib) dari istilah
inilah kemudian muncul istilah Kristus (orang yang
disalib) dan pengikutnya disebut sebagai umat Kristen. sementara sebutan Nasrani bagi penganutnya
bersumber dari sejarah perjalanan Dakwah Yesus di
tanah Nazareth (Nasharo). Sebagian lagi mengatakan
Nazareth adalah tempat kelahiran Yesus. Akan tetapi
sebagian orang Kristen menyangkalnya, menurut
mereka Yesus lahir di Bethlehem. Hal ini dihubungkan dengan persoalan nubuat yang akan dibahas kemudian. Yesus dan Paulus Sebagian dari sarjana telah menitikberatkan
perhatiannya pada tulisan-tulisan Paulus dalam Kitab
Perjanjian Baru, yang dimulai oleh F.C. Baur dari
Tübingen. Mereka mengatakan bahwa dalam Perjanjian
Baru terdapat dua aliran yang sangat bertentangan satu
sama lain, yaitu ajaran-ajaran Yesus dengan ajaran- ajaran Paulus. Bagi mereka, ajaran Yesus telah diubah
oleh Paulus sedemikian rupa, sehingga pada
hakikatnya Pauluslah yang merupakan pendiri agama
Kristen yang dianut oleh banyak orang saat ini. Ketika Yesus mengajarkan bahwa manusia dapat
mencapai kerajaan surga dengan bertobat dan berbuat
baik, maka Paulus mengatakan bahwa dosa manusia
telah ditebus Yesus. Dengan menyadari dosa yang telah
dilakukannya dan menyelami kejahatan manusia.
Paulus mengembara meletakkan tiang-tiang agama Kristen dengan doktrin tentang Yesus sebagai penebus
dosa, yang telah membebaskan manusia sejak
jatuhnya Adam. Ajaran penebusan dosa oleh darah Kristus atas umat
manusia, suatu dosa yang menurut ajaran Gereja
dibawa sebagai warisan turun temurun sejak jatuhnya
Adam, yang merupakan bagian dari skema Tritunggal,
kemudian ditentang pula oleh kaum Kristen sendiri.
Pada abad kelima, Pelagius menyatakan dengan tegas di Roma, bahwa dosa adalah suatu perbuatan, bukan
suatu keadaan setiap manusia bertanggung jawab atas
dosanya sendiri. Dengan keyakinan yang sempurna
Paulus mengajarkan Injilnya tentang Yesus yang tidak
diajarkan Yesus dalam Injil-injil sinoptik. Tatkala Yesus mengatakan dengan tegas kepada dua
belas muridnya: "Jangan kamu menyimpang kejalan
bangsa lain atau masuk kedalam kota orang Samaria,
melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang
dari umat Israel" (Matius, 10:5-6) dan mengatakan "Aku
diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel" (Matius, 15:24). Paulus kemudian menentangnya, karena
kelemahannya (Isa a.s.) menghadapi orang Yahudi, dan
kemudian ia mengembara kenegeri-negeri orang kafir.
(Kisah Para Rasul, 22:18-21). Yesus yang sejak awal
sampai akhir hidupnya bertindak sesuai dengan hukum
Taurat, yang menyuruh manusia menaati Musa (Markus, 1:44) dan yang mengatakan: "Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk
meniadakan hukum Taurat atau kitab para Nabi. Aku
datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk
menggenapinya" (Matius, 5:17). Paulus dengan tegas
menentang: "sebab tidak seorangpun yang dapat
dibenarkan dihadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang
mengenal dosa" (Roma, 3:20). "sebab kamu tidak akan
dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada
dibawah hukum Taurat, tetapi dibawah kasih
karunia" (Roma, 6:14). "sebab sekiranya ada kebenaran
oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus" (Galatia, 2:26). Adanya pertentangan kedua injil ini Wrede berkata:
"Maka terdapatlah suatu celah yang tak terhubungkan
antara Yesus dan Paulus. Paulus adalah pendiri kedua
dari agama Kristen. Pendiri kedua ini tidak syak lagi
bertentangan dengan pendiri yang pertama dalam
keseluruhannya dan yang terkuat - tetapi tidak lebih baik". Teolog-teolog itu bertanya: hak apakah yang
dipergunakan oleh Paulus untuk mengubah atau
menghapus hukum Taurat, sedangkan dia bukanlah
Kristus atau Messias, bukan Nabi, malah bukan murid
Yesus. kekuasaan apa yang dipergunakannya untuk
berkata: "Jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu" (Galatia, 5:2),
sedangkan Yesus (Lukas, 2:21) dan seluruh muridnya
bersunat. Tritunggal Dengan meragukan keaslian Injil, kaum terpelajar
berpendapat, bahwa dogma Tritunggal dan skemanya,
seperti penebusan dosa dengan darah Yesus
(atonement) yang tidak dapat diterima oleh akal,
bukanlah ajaran Yesus. Kaum terpelajar berpendapat
bahwa ajaran Tuhan Bapa telah masuk kedalam ajaran Kristen dari paham Yunani. Mitos Yunani mengenai
istilah Zeus-Pater atau Yupiter sebagai Tuhan Bapa. Demikian pula tentang penjelmaan Tuhan kedalam
tubuh manusia yang merupakan ajaran Yunani, telah
masuk pula kedalam ajara agama Kristen. Dalam ajaran
agama Kristen, meskipun ibu Yesus yang bernama
Maria bersuamikan Yusuf situkang kayu, tetapi sebelum
Maria kawin dengan Yusuf, yaitu sejak mereka bertunangan, Maria telah mengandung dan melahirkan
Yesus. Dan Yesus adalah anak Tuhan. Menurut sarjana-
sarjana, cerita ini sama dengan cerita Herkules sebagai
anak dari Tuhan Bapa yang bernama Zeus-Pater. Ibu Herkules, Alkmene, telah mengandung dan
melahirkan anak (dengan Tuhan Bapa) yang bernama
Herkules. Jadi kedua-duanya, Yesus dan Herkules,
beribu manusia tetapi berayahkan Tuhan Bapa. Kedua-
duanya adalah Anak-Tuhan, keduanya adalah Tuhan. Anehnya kedua cerita ini bersamaan pula dengan
dongeng atau cerita agama Hindu. Krishna, juga
beribukan manusia, yaitu Devanaki, penjelmaan dari
Wishnu sebagai anak Tuhan dan ayahnya adalah juga
Tuhan Bapa atau Zupitri, yaitu Brahma. Krishna adalah
Tuhan atau anak Tuhan, tepat seperti Kristus. Para ahli sejarah agama Jerman, seperti Bruno Freydank, Prof.
Rudolf Seydel, Dr. Hubbe-Scheiden, Th. Schultze, K.E.
Neumann membuktikan pula bahwa sebenarnya
agama Kristen mempunyai hubungan erat dengan
Hinduisme. Mereka memastikan bahwa agama Kristen tumbuh dari
Hinduisme dan Budhisme. Ini dapat diterangkan menurut persamaan dengan apa
yang kita temui dalam cerita Herkules; Bapanya
bernama Zeus, namun ayahnya-manusianya adalah
Amphitryon. Demikian pula Yesus, menurut Matius,
disamping Anak Tuhan juga disebut anak Yusuf.
Dongeng Herkules tertua menyebut Amphitryon disebut tunangan Alkmene. Demikian pula yang dikhotbahkan
dalam Injil Matius. Persamaan ajaran-ajaran dan dongeng-dongeng Yunani
dengan ajaran-ajaran Gereja begitu banyaknya,
sehinggga sebagian besar sarjana berpendapat bahwa
cerita-cerita dalam Injil-injil itu pada hakikatnya adalah
mitos-mitos yang dibuat-buat manusia. Sebagian kristolog membuktikan bahwa ada hubungan
antara ajaran-ajaran Kristen dengan dongeng Yunani,
maka sebagian lagi membuktikan bahwa terdapat
hubungan yang erat antara dongeng-dongeng Hindu
dan ajaran-ajaran Gereja. Bagi mereka, ajaran-ajaran
dan mitos Hindu telah dipakaikan busana dan perhiasan Barat serta dinamakan agama Kristen, tetapi kerangka
dasarnya tetap ajaran Hindu. Th. J. Plange berkata: "kita tidak mendapat kabar baru tatkala kita
mendapatkan bahwa penjelmaan Tuhan menjadi
manusia, yaitu turunnya Tuhan keatas bumi untuk
menebus dosa makhluknya, yang dasarnya agama
Hindu. Setiap orang akan mengetahui apabila mereka
membaca buku Hindu. Seterusnya kitab-kitab suci agama Kristen diambil dari dongeng-dongeng Hindu,
dari cerita Krishna dan Budha, adalah sangat mungkin
dan dapat dianggap hampir pasti. Dalam penyatuan
kedua dongeng-dongeng keagamaan dari India yang
penting ini, dengan mudah kita menemukan lagi seluruh
bagian keempat Injil Kristen yang penting itu. Akhirnya terbukalah rahasia kepada para Ahli ini.
Memang bahasa Sansekerta serta dongeng-
dongengnya bersamaan dengan bahasa serta dongeng-
dongeng Yunani. Kedua aliran ini, Yunani dan Hindu,
dalam ukuran tertentu, telah mempengaruhi agama
Kristen. Namun yang menjadi pertanyaan ialah, bagaimanakah ajaran-ajaran dan mitos-mitos ini
memasuki Perjanjian Baru? Banyak sarjana
mengemukakan pendapatnya. David Friedrich Strauze mengatakan bahwa mitos-mitos
dalam Perjanjian Baru timbul karena kehendak penulis-
penulis Injil, bahwa nubuat dalam Perjanjian Lama
harus dipenuhi. Begitu juga keajaiban Yesus, katanya,
merupakan penjelmaan-penjelmaan dongeng.
Dikemukakannya dalam bukunya 'Das Leben Jesu' atau 'Riwayat Hidup Jesus', bahwa riwayat Jesus terbagi
dalam dua bagian, yaitu "Yesus dalam batas-batas
sejarah" dan "riwayat dongeng Yesus dalam
kejadiannya dan pertumbuhannya" yang terakhir ini
menerangkan bagaimana timbulnya dongeng Yesus
sebagai Anak Tunggal Tuhan yang turun untuk menebus dosa manusia, dari mana asalnya ceritera
bintang yang jalan dilangit dan berhenti ditempat
kelahiran Yesus, bagaimana timbulnya pemenuhan
nubuat dalam Perjanjian Baru yang dipaksakan; karena
Messias yang dijanjikan itu haruslah anak Daud, maka
penulis Injil telah membuat kesalahan ketika mengatakan bahwa bapak Yesus adalah Yusuf,
tunangan Maria yang berasal dari turunan Daud,
sedangkan Yusuf bukanlah ayah Yesus, sebab Yesus
telah dinyatakan sebagai Anak Tuhan Bapa oleh penulis
Injil. Demikian pula Strausz berpendapat, bahwa ia juga
membuktikan bahwa Perjanjian Baru bukanlah
merupakan pencatatan kitab pada zaman Yesus, tetapi
baru ditulis lama berselang setelah Yesus wafat. Ia
mengatakan bahwa mitos-mitos itu timbul secara tidak
disadari. Perjanjian Baru ditulis dengan tambahan mitos-mitos
yang secara tidak sadar dibentuk dalam masyarakat
Kristen, sebagai pernyataan untuk memenuhi
kedatangan Messias yang dijanjikan dalam Perjanjian
Lama...Menurut Strausz, tatkala orang datang menemui
Yesus, mula-mula dalam jumlah sedikit, kemudian banyak, mereka berpikir bahwa segala sesuatu harus
terjadi padanya sebagaimana yang dinubuatkan dan
diterangkan dalam Perjanjian Lama...Karena Messias itu
haruslah anak Daud sebagaimana yang dinubuatkan
Mikha, maka ia harus dilahirkan di Bethlehem. Karena
Musa telah melakukan keajaiban-keajaiban, maka Yesus harus pula melakukan keajaiban-keajaiban.
Karena Yesaya meramalkan bahwa pada masa itu
orang buta akan melihat, orang tuli akan dapat
mendengar, orang lumpuh akan meloncat seperti rusa
jantan dan lidah orang bisu akan dapat berbicara, maka
orang-orang telah mengetahui sampai kedetil-detilnya keajaiban-keajaiban apa yang harus dilakukan Yesus,
kalau beliaulah Messias yang dinanti-nantikan itu.
Sedangkan sarjana-sarjana yang dipelopori Bauer
berpendapat bahwa Philo-lah yang turut bertanggung
jawab membentuk medium yang memperkenalkan
unsur-unsur Yunani seperti Plato (428-389 Seb-M), Heraklitus dan aliran Stoa kepada agama Kristen. Orang
Yahudi dari Alexandria inilah yang turut serta
membentuk wadah agama Kristen dengan memadukan
ajaran-ajaran Yunani itu dengan ajaran Yahudi, yang
kemudian 'dijiplak' oleh penulis Injil. Karya Philo adalah
sumbangan pendahuluan ajaran Yahudi kepada ajaran Kristen; filosof Yahudi ini telah mengerjakan falsafah
Yunani sedemikian rupa, sehingga merupakan bentuk
awal agama Kristen, dengan melanjutkan karya-karya
Heraklius, Plato dan aliran Stoa. Kisruh mengenai Tritunggal bermula dari filsafat
Neoplatonisme yang telah dimasukkan ke dalam Injil
Yohanes dengan mengambil istilah "Logos" yang
berasal dari Plato itu, sebagai Tuhan yang menjelmakan
dirinya menjadi manusia. Unsur-unsur Neoplatonisme
yang paling mencolok dapat dipelajari dari Injil Yohanes. Injil ini paling menarik, karena timbulnya lama
sesudah Masehi, dan terpisah, tak bersamaan isinya
dengan ketiga Injil Sinoptik, Injil Matius, Injil Markus dan
Injil Lukas. Oleh karena itu mereka memastikan bahwa
Yohanes ini bukanlah murid Yesus, melainkan seorang
yang tidak pernah dikenal pada zaman Yesus. Tatkala Yohanes memulai Injilnya dengan "Pada
mulanya adalah Logos (Kalam atau Firman)... Dan
seterusnya, maka sesungguhnya Yohanes tidak
menulis suatu penyaksian mata tentang perbuatan dan
ajaran Yesus, karena teori Logos ini bukanlah tradisi
Perjanjian Lama, melainkan dari bahasa filsafat Yunani. Dengan kata-kata ini Yohanes telah membawakan
filsafat Neoplatonis dari Philo dan lainnya. Mereka telah
mengacaukan perkataan 'firman' dari Perjanjian Lama
dengan 'Logos' dari Plato dan kaum Platonis. Kata 'firman' dalam Perjanjian Lama yang berbunyi
"Oleh firman Tuhan, langit telah dijadikan" (Mazmur,
33:6) disamakan oleh kaum Neoplatonis dengan Logos
lalu dimasukkan oleh penulis-penulis Injil kedalam
Perjanjian Baru. Firman atau perintah Tuhan telah
dijadikan Logos atau Tuhan itu sendiri, "yang segala sesuatu dijadikan oleh Dia." Logos atau Tuhan itu sendiri
telah menjadi daging atau manusia sebagaimana bunyi
Injil Yohanes. Dengan filsafat tersebut, Yesus telah
dijadikan daging penjelmaan dari Logos. Yesus telah dijadikan Anak Tuhan yang oleh karenanya
adalah Tuhan juga. Sementara doktrin Tritunggal sendiri
diperoleh dari Injil Yohanes "Sebab ada tiga yang
memberi kesaksian di surga: Bapa, Firman dan Roh
Kudus; dan ketiganya adalah satu..." (Yohanes 1: 5-7). Yang paling mengejutkan ialah, ajaran penjelmaan
Tuhan menjadi manusia merupakan wujud inkarnasi,
adalah paham inkarnasi dalam ajaran Hindu. Sehingga
tak pelak lagi mereka berkesimpulan Injil Yohanes ini
jelas memasukkan paham ajaran Hindu kedalam
doktrin Kristen melalui filsafat Yunani. Disamping ajaran-ajaran Tritunggal, ajaran penebusan dosa dan
sebagainya, juga sakramen, berasal dari Hinduisme,
yang membaptiskan anak yang baru lahir disungai
Gangga atau dengan air suci. Origenes (185-254), seorang Bapak Gereja di
Alexandria, umpamanya, malah mempercayai ajaran-
ajaran reinkarnasi Hindu. Para ilmuwan menyelidiki dan
mengambil kesimpulan bahwa misi-misi agama Hindu
telah sampai ke Yunani maupun Alexandria, sebelum
Yesus lahir (O. Hashem: 1984). Kisruh mengenai Tritunggal kemudian meluas dengan
dilakukannya kongres-kongres (Konsili Nisea) untuk
membahas mengenai ketuhanan Yesus mencapai
waktu berabad-abad lamanya dan menimbulkan
perpecahan dan pembunuhan-pembunuhan bagi pihak
yang tidak sepakat pada aliran yang berkuasa. Berbagai rentetan fakta sejarah dan peristiwa diatas
memberi pelajaran bagi kita bahwa, semakin jelas
keberadaan agama Kristen tidak lagi dapat
dipertahankan argumennya bahwa ia juga termasuk
agama wahyu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar