Label

Minggu, 25 Maret 2012

Taqiyah Penipuan Syiah.

Assalamu alaikum,,,,

TAQIYAH RITUAL KAUM SYI’AH Taqiyah menurut kaum Muslimin adalah sebuah istilah
yang pemahamannya hanya terarah kepada satu arti
Yaitu “Dusta”. Adapun menurut Syi’ah taqiyah
berarti perbuatan seseorang yang menampakkan
sesuatu berbeda dengan apa yang ada dalam hatinya,
artinya nifaq dan menipu dalam usaha mengelabui atau mengecoh manusia. Taqiyah adalah satu prinsip dari
prinsip-prinsip kesesatan mereka. Taqiyah memiliki
kedudukan yang luar biasa, mereka telah
menempatkannya dalam tempat pengagungan dan
pengkultusan, hingga mereka menjadikannya sebagai
asas dalam agama mereka, dengan taqiyah seorang hamba akan mendapatkan pahala dan ihsan dari Allah. Taqiyah adalah satu rukun dari rukun-rukun agama
mereka, seperti halnya shalat. Ibnu Babawaih
mengatakan:“Keyakinan kami tentang taqiyah itu
adalah dia itu wajib. Barangsiapa meninggalkannya
maka sama dengan meninggalkan shalat.”[Al-
I’tiqadat, hal.114]. Mereka menisbatkan kepada imam keenam Ja’far
Ash-Shadiq, dia berkata: “seandainya saya
mengatakan bahwa yang meninggalkan taqiyah sama
dengan yang meninggalkan shalat tentu saya
benar.” [Al-I’tiqadad, hal.114] Sebagaimana mereka katakan juga bahwa: “Daulah
Azh-zhalimin” mereka menegaskan, “Taqiyah
adalah fardhu yang diwajibkan kepada kami dalam
negara orang-orang yang zhalim. Karena itu
barangsiapa meninggalkan taqiyah maka sungguh dia
telah menyalahi agama imamiyah* dan telah berpisah dengannya.”[Bihar op. cit. 57/421] mereka menipu kaum muslimin hanya karena
mengikuti hawa nafsu iblis mereka, sekaligus
propaganda kesesatan mereka. Mereka menganggap
bahwa taqiyah lebih tinggi kedudukannya dibandingkan
keimanan seseorang. Imam Bukhari mereka, yaitu Muhammad Al-Kulaini
berkata: “Bertaqwalah kalian kepada Allah ‘Azza
wa Jalla dalam agama kalian dan lindungilah agama
kalian dengan taqiyah, maka sesungguhnya tidaklah
mempunyai keimanan orang yang tidak bertaqiyah. Dia
juga mengatakan “Siapa yang menyebarkan rahasia berarti ia ragu dan siapa yang mengatakan kepada
selain keluarganya berarti kafir.” .”[Al-KafiS
2/371,372 & 218]. Dan demikianlah firqoh Syi’ah menjadikan taqiyah,
sebagai pilar agama dan menjadikan sebagai salah satu
simbol mazhabnya. Keyakinan akan keharusan
bertaqiyah mengandung konsekuensi membolehkan
mereka berbohong. Sehingga perbuatan ini menjadi
“trade mark” atau simbol Syi’ah. Umpamanya ada yang mengatakan, “Dia itu lebih pembohong dari
orang rafidhah” [Tahqiq Mawaqif al-Sahabah fi al-
Fitnah]. Atas kebolehan taqiyah mereka berdalil dengan…
Firman Allah ‘Azza wa Jalla, artinya :
“Janganlah orang-orang Mukmin mengambil orang-
orang kafir menjadi wali (kekasih, penolong, pemimpin)
dengan meninggalkan orang-orang Mukmin.
Barangsiapa berbuat demikian niscaya, lepaslah ia dari pertolongon Allah kecuali karena (siasat) memelihara
diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka.” [Ali
Imran: 28]. Ini adalah istidlal (pengambilan dalil) yang salah,
menyalahi pengertian ayat yang jelas yang tidak
menerima ta’wil semacam di atas, memelihara diri
yang dimaksud dalam ayat adalah memelihara diri dari
orang-orang kafir. Firman Allah ‘Azza wa Jalla, artinya:
“Kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya
tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa).” [An-
Nahl: 106].
Ini juga istidlal yang keliru jauh dari kebenaran karena
ayat ini khusus bagi orang yang sudah tidak tahan siksaan, jika ia terpaksa mengucapkan kekufuran,
maka ia boleh mengucapkannya tanpa diyakini dan
diamalkan. Sebagaimana mereka beristidlal dengan firman Allah
‘Azza wa Jalla, melalui lisan Ibrahim Alaihis-Salam,
artinya:
“Lalu ia memandang sekali pandang ke bintang-
bintang, kemudian ia berkata, ‘Sesungguhnya aku
sakit’,” [Ash-Shaffat: 88-89]. Ini tidak sama dengan kedustaan dan kebohongan
model Syi’ah, tetapi ayat ini membolehkan
“tawriyah” (penyamaran) dalam zhahir ucapan jika
diharuskan dalam kondisi darurat. Ucapan Ibrahim Alaihis-Salam “Sesungguhnya aku
sakit.” maksudnya,“Dari amal kamu dan ibadah
kamu kepada berhala-berhala itu.” Ini bukan dusta
tetapi di dalamnya mengandung sindiran (ta’ridh)
untuk maksud syar’i, yaitu menghancurkan tuhan-
tuhan mereka setelah ditinggalkan oleh para penyembahnya. Bahkan taqiyah Syi’ah tidak hanya
halal bagi manusia biasa, tetapi halal juga bagi para
Nabi dan Rasul. Ini adalah sangat buruk dan keji serta
kemungkaran yang nyata. Karena Allah Ta’ala
mengutus para Nabi dan Rasul untuk tugas
menyampaikan risalah Tuhan mereka, mengajar manusia dan menyucikan mereka. Jika tidak tentu tidak
akan tersebar dakwah mereka, tidak akan muncul
pertentangan antara mereka dan orang-orang yang
mereka utus kepadanya, tentu tidak akan merasakan
cobaan-cobaan, siksaan-siksaan dan mara-bahaya. Al-Qur’an adalah sebaik-baik saksi dalam hal ini dan
yang menepiskan ini adalah firman Allah ‘Azza wa
Jalla, artinya:
“(Yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-
risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka
tidak merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah.” [AI-Ahzab: 39]. Diantara riwayat dusta Syi’ah adalah taqiyah yang
dialamatkan kepada Rasulullah saw mereka menyebut
dari Abu abdillah Alaihis-Salam. Dia berkata: “Tatkala Abdullah bin Ubay bin Salul
(pemimpin orang-orang munafik) mati, Rasulullah saw
menghadiri jenazahnya. Maka umar menegur Rasulullah saw, “Bukankah Allah
telah melarang anda untuk berdiri di kuburannya ?”
Rasulullah terdiam. Umar mengulagi lagi, “Bukankah Allah ‘Azza wa
Jalla telah melarang Anda untuk berdiri diatas
kuburannya?” Maka beliau menjawab, celaka kamu, tahukah kamu
apa yang aku ucapkan ? Sesungguhnya aku
mengatakan, “Ya Allah tutuplah mulutnya dengan api,
penuhilah kuburannya dengan api, dan masukkanlah
dia kedalam api neraka.” Abu Abdillah Alahis-Salam berkata: “Maka jelaslah
bahwa Rasulullah saw apa yang tadinya tidak dia
sukai.” [Al-Kafi fi Al-furu’.Kitab Al-Janaiz 3/188] Apakah seperti ini sifat dan karakter Rasul yang diutus
sebagai rahmatan lil’alamin, yang datang sebagai
pengajar dan pendidik bagi ummat manusia? Sungguh
ini adalah kebohongan dan kecurangan dari orang-
orang zindik untuk mendeskreditkan Rasulullah saw. Allah ‘Azza wa Jalla telah memuji nabi-Nya dengan
berfirman yang artinya: “Dan sesungguhnya engkau
berada di atas akhlak yang agung.” Tuduhan yang curang dan taqiyah yang didakwakan
bertolak belakang dengan kandungan dan makna ayat
ini. Kemudian bagi yang masih memiliki sisa akal,
apakah rasululalh saw memerlukan sikap taqiyah dan
nifaq sementara kedudukannya sangat kuat dan
posisinya sangat tinggi saat itu? Justru Ibnu-Salul lah yang memerlukan sikap dusta dan
taqiyah ini karena kelemahnya di hadapan kekuatan
islam.
Lalu apakah yang ditakuti oleh Rasulullah saw sehinga
bertaqiyah dihadapan Ibnu Salul yang sudah menjadi
mayat itu! “Takutlah kamu kepda Allah, dan hendaklah kamu
bersama orang-orang yang benar.”[At-Taubah:119] “Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu
kepada Allah, dan katakanlah perkataan yang
benar.”[Al-Ahzab:70] Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan mereka
yang telah menyipati Rasulullah saw yang diutus
sebagai penyebar rahmat dengan sifat-sifat seperti tadi. Sesungguhnya taqiyah yang dilakukan oleh Rafidhah
adalah kemunafikan yang nyata, mereka menginginkan
sesuatu tapi mengucapkan dengan sesutu yang lain.
Memerintahkan sesuatu secara-terang-terangan dan
melarangnya dalam kesendirian. Allah Ta’ala telah
menjelaskan sifat-sifat orang munafik dan sifat-sifat tersebut adalah sifat-sifat orang Syiah yang sudah
terbiasa terdidik dengan pendidikan yang rendah ini,
dan dari sana mereka mewariskan kepada putra-
putrinya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu,
mereka berkata, kami mengakui bahwa sesungguhnya
kamu adalah benar-benar Rasul Allah. Dan Allah
mengetahui bahwa sesungguhnya kamu adalah benar-
benar Rasul-Nya. Dan Allah mengetahu bahwa sesungguhnya orang munafik itu benar-benar orang
pendusta.”[Al-Munafiqun:1]. Allah berfirman,artinya: “Dan bila mereka berjumpa
dengan orang-orang yang beriman, mereka
mengatakan kami beriman, dan apabila mereka
kembali kepada syetan-syetan mereka, mereka
mengatakan, ‘Sesungguhnya kami sependirian
dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok’.”[Al- Baqarah:14] Latar Belakang Akidah Taqiyah
Posisi Syi’ah dahulu telah mengalami krisis ketika
mereka membuka-buka lembaran kitab-kitab mereka,
dalam kitab ini Al-Imam mengancam dan
mengintimidasi, dan dalam kitab lain imam yang
keempat menghalalkan dan dalam kitab yang sama imam keenam mengharamkan , imam yang ini
mengatakan surya sementara imamnya yang lain
mengtakan rembulan, maka mereka mendapati bahwa
ucapakan orang yang mereka yakini sebagai imam
yang ma’shum terbebas dari kesalahan dan
ketergelinciran ternyata ucapan mereka dalam satu perkara saling bertentangan tanpa menemukan alasan
pembenaran untuk itu. Sebgaimana mereka merasa
terpukul ketika mendapatkan dalam sebagian riwayat
mereka memuji dan mencintai para sahabat Rasulullah
saw, dan mengakui baiyat terhadap mereka, berbalik
dari apa yang mereka yakini. Maka kesulitan mereka semakin rumit, karena orang-orang bodoh dan hakham
Rafidhah telah menghukumi sesat orang-orang sesat
disekitar mereka, dan menjejali hati mereka dengan
kebencian terhadap para sahabat dan ummahat Al-
Mukminin –semoga Allah meridhai mereka- sepanjang
zaman . maka mereka berlari menuju tipu muslihat , makar dan kesesatan. Mereka memandang bahwa
tidak ada jalan selamat bagi mereka melainkan dengan
taqiyah, mereka merancang konsep taqiyah dan
melengkapinya dengan berbagai macam fadhilah,
dengan begitu merreka telah mengelabui manusia. Apabila orang yang mengerumuni mereka dan yang
menganut agama mereka hanyalah orang-orang
bododh –semoga Allah memberi hidayah kepada
mereka- yang tidak ammpu memilah-milah didalam
masalah akidah. Jika mereka mendengar dari satu
imam yang berkata begini dan begitu, mereka langsung membenarkan sebelum orang yang menceritakan
hadits itu menyempurnakan haditsnya. Mereka telah menjadikan para pengikut sebagi
tawanan bagi ucapan para imam yang dipalsukan itu,
karena mereka telah menanamkan ketaatan buta di
hati mereka kepada imam, mereka telah menakut-
nakuti pengikutnya dan telah memotivasi mereka
dengan hadits-hadits yang tidak ada sangkut pautnya dengan islam. Maka jika ucapan seorang imam bertentangan dengan
imam itu sendiri, atau ucapan seorang imam
berbenturan dengan imam yang lai, mereka
mengatakan sesungguhnya itu terjadi dengan karena
taqiyah. Mereka benar-benar telah menghiasi taqiyah
ini dengan berbagai macam keutamaan dan keistimewaan sesuai dengan keinginan nafsu mereka. Bagaimakah kesaksian ulama mereka?
Berikut ini adalah kesaksian ulama Syi’ah yang
berakal tentang taqiyah yang dia sebutkan dalam
kitabnya, “Sesungguhnya saya meyakini dengan
seyakin-yakinnya bahwa tidak ada satu ummat didunia
yang menghinakan dirinya dengan menerima konsep taqiyah dan mengamalkannya. Inilah saya, saya
memohon kepada Allah secara ikhlas dan saya
mengetahui hari yang orang syi’ah tidak pernah
berfikir, bahkan tidaka pernah berfikir tentang taqiyah
apalagi tentang pengamalannya.” Dan dia menambahkan, “Sesungguhnya yang menjadi
kewajiban bagi Syi’ah adalah menjadikan
perhatiannya terhadap kaidah akhlak yang telah
diwajibkan oleh islam atau seluruh kaum muslimin,
yaitu: seorang muslim tidak boleh menipu, tidak
menjilat,tidak melakukan kecuali yang haq dan tidak berkata melainkan yang haq sekalipun atas dirinya. Dan
sesungguhnya perbuatan baik itu adalah baik di segala
tempat dan amal yang buruk adalah buruk di segala
tempat.” Sampai dia berkata, “Hendaklah mereka juga
mengatahui bahwa apa yang mereka nasabkan kepada
imam Ash-Shadiq dari ucapanya taqiyah adalah
‘agamamu dan agama bapak-bapakku’,
sesungguhnya itu anyalah dusta, bohong dan fitnah
atas imam yang sangat agung itu.”[ibid, hal.159] Sebagimana dikatakan oleh seorang iran, Ahmad Al-
Kisrawi, “Sesungguhnya taqiyah adalah satumacam
dari dusta dan nifaq, apakah masih perlumenelti
tentang keburukan dusta dan nifaq?”[Syi’ah wa At-
Tasyayyu’, hal.87] Sesungguhnya taqiyah itu hanya di bolehkan untuk
orang-orang lemah yang ditindas yang khawatir tidak
bisa tegar di atas kebenaran dan bagi orang-orang
yang tidak menempati qudwah (teladan) bagi manusia,
orang seperti merekalah yang boleh mengambil
rukhsyah (taqiyah) ini. Adapun orang-orang yang memiliki semangat dan tekat dari para Imam yang
menjadi petuntuk jalan maka mereka harus mengambil
azimah (hukum yang kuat) menanggung derita , tetap
tegar dijalan Allah apapun yang mereka hadapi. Dan
adalah para sahabat Rasulullah saw orang yang mulia
sebagaimana yang dipersaksikan Al-Qur’an. Allah berfirman :
“ Kekuatan, kemuliaan itu hanyalah bagi Allah, bagi
Rasul-Nya dan bagi orang-orang yang mukmin, tetapi
orang-orang yang munafik itu tidak mengetahui.” [Al-
Munafiqun: 8]. Maka tidak boleh orang-orang yang mulia (kuat) itu
hanya berasal dari para sahabat yang khusus, karena
Ali dan Ibnu Abbas , bukan orang yang munafik juga
bukan orang yang hina sehingga mengambil sikap
taqiyah. Ibnu Taimiyah berkata “inilah sikap Rafidhah.”
Syi’ar mereka adalah kehinaan, baju mereka adalah
nifak dan taqiyah, modal mereka adalah dusta dan
sumpah palsu mereka berdusta atas nama Ja’far As-
Siddiq bahwa dia berkata taqiyah adalah agamaku dan
agama bapak-bapakku.Dan Allah telah membersihkan ahlul bait dari hal itu dan tidak menjadikan mereka
butuh kepadanya , karena mereka adalah manusia
paling jujur dan paling agung imannya. Agama mereka
adalah takwa dan bukan taqiyah [Al-Muntaqa: 86]. Inilah hakikat taqiyah dalam agama syi’ah dia tidak
lain hanyalah dusta, nifaq, dan penipuan; tidak ada
amanah bagi mereka, tidak ada keikhlasan dan
kejujuran dalam agama mereka . Mereka adalah para
pendusta yang bangga dengan dustanya dan terang-
terangan dengan maksiatnya dihadapan mata manusia. Allah berfirman:“Diantara orang-orang Mukmin ada
orang-orang yang menepati apa yang telah mereka
janjikan kapada Allah, maka diantara mereka ada yang
gugur dan diantara mereka (ada pula) yang menunggu-
nunggu dan mereka sedikitpun tidak mengubah-ubah
janjinya, supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan
menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau
menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” [Al-Ahzab:23-24]. Tikaman Syi’ah Terhadap Sahabat
Apa kata mereka tentang sahabat ??
Ibnu taimiyah berkata : “Syi’ah rafidhah
mengatakan : sesungguhnya kaum muhajirin dan
anshor menyembuyikan nash-nash sehingga mereka
kafir kecuali hanya sedikit saja, lebih dari 10 orang dan sesungguhnya Abu Bakar, Umar dan semisal keduanya
adalah orang munafik , yang sebelumnya adalah iman
kemudian kafir. [Majmu’ fatawa 3/356]. Mereka juga mengatakan sesunguhnya para sahabat,
karena mereka telah membai’at Abu Bakar, maka
semuanya menjadi kafir kecuali tiga atau empat orang ,
(Kitab syiah Itsna ‘asyariyah) diantaranya dari Hinan
bin Sadir (tokoh syi’ah) dari bapaknya dari Abu
Ja’far, ia berkata : “semua manusia menjadi kafir setelah meninggalnya Nabi saw kecuali tiga orang
yaitu : Miqdad bin Aswad, Abu Dzar al Ghifari dan
salman al- Farisi.”[Al-Kafi 12/321,322]. Lebih dari itu
mereka juga mengkafirkan sebagian dari ahli Bait
Rasulullah saw , seperti Al-Abbas dan Abdulullah bin
Abbas, mereka menganggapnya kerdil dan bodoh. [Ushul Kafi 1/247]. Maka lihatlah bagaimana mereka
menganggap generasi termulia menjadi seperti iblis
atau Abu Jahal. Padahal dengan celaan mereka
terhadap sahabat saja sudah berarti mencela Nabi dan
Islam. Cukuplah bagi kita untuk menepis kebatilan itu
dengan Hadist: “Janganlah kalian mencela sahabatku, karena seandainya kalian berinfaq emas sebesar
gunung uhud tidak akan menyamai kebaikan mereka
(walaupun) satu mud atau setengahnya” [HR. Bukhari
dari Abi Said Al- khudri] Bukan hanya itu saja tetapi mereka juga mengkafiran
khalifah, serta menghukumi pemerintahannya sebagai
negara kafir. Menurut syi’ah Itsna’asyariyah, bahwa semua
pemerintahan selain pemerintahan itsna’asyariyah
adalah bathil, dan penguasanya adalah thagut.
Barangsiapa yang berbai’at kepadanya tak ubahnya
seperti orang yang membai’at thagut. Mereka
berpendapat bahwa semua khalifah selain Ali dan Hasan adalah thagut, sekalipun mereka menyeru
kepada kebenaran. Al-majlisi mengatakan:”bahwa
khulafa’urrosyidin adalah perampas yang murtad dari
islam, semoga Allah melaknat mereka dan orang yang
mengikuti mereka, karena mereka mendzalimi Ahlul
bait dari awal hingga akhir.” [Ushul kafi: 1/427 dan rijal al-kusyi hal:35]. Dimasa ja’far bin shadiq, Syi’ah
rafidhah juga mengatakan : penduduk syam lebih jelek
dari pada penduduk romawi (Nasrani), dan penduduk
Madinah tujuh puluh kali lebih jelek dari penduduk
makkah, sedangkan penduduk makkah telah kafir
dengan nyata. [Ushul kafi: 2/49]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar